Penyesuaian diri dan pertumbuhan , Stress
Nama
Kelompok Agung Putra A 10514483
Aldio
Piliang 1c514776
Anastasya 11514015
Dian Rohmah 12514999
Hazeta
Marchya 14514863
Lintang
Kusuma A 16514097
Kristina Indrayu 15514925
Monica Valencia 16514836
Surya Muhammad J 1a514530
Kelas 2PA15
1. Penyesuaian diri dan Pertumbuhan
A.PENYESUAIAN DIRI
Penyesuain
diri merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan manusia. dimana dari
mulai lahir manusia sampai pada akhirya mereka meninggal mereka akan melakukan
yang namanya penyesuaian diri. Manusia menyesuaikan diri baik dalam lingkungan
maupun dalam diri sendiri guna untuk bisa beradaptasi dalam lingkungan mereka
serta untuk mengatasi masalah dalam kehidupan kita semua.
Penyesuaian
diri (self-adjustment) adalah suatu proses yang melibatkan respon-respon mental
dan perbuatan individu dalam upaya memenuhi kebutuhan-kebutuhan, dan mengatasi
ketegangan, frustasi, dan konflik dengan memperhatikan norma atau tuntutan
lingkungan dimana dia hidup (Alexander Schneiders. 1964 : 51). Schneiders juga
memandang bahwa penyesuaian diri dapat ditinjau dari empat sudut pandang yaitu
(1) Penyesuaian diri sebagai adaptasi (adaptation), (2) Penyesuaian diri
sebagai bentuk konformitas (conformity), (3) Penyesuaian diri sebagai usaha
penguasaan (mastery) dan, (4) Perbedaan individual pada perilaku dan respon
yang muncul daro masing-masing individu dalam menanggapi masalah (individual
variation).
Penyesuaian
diri merupakan suatu proses dinamika yang bertujuan untuk mengubah tingkah laku
agar terjadi hubungan yang selaras antara dirinya dan lingkungannya.
Penyesuaian diri mempunyai dua aspek yaitu penyesuaian diri pribadi dan
penyesuaian diri sosial.Penyesuaian diri pribadi adalah penyesuaian individu
terhadap dirinya sendiri dan percaya pada diri sendiri. Sedangkan penyesuaian
individu sosial merupakan suatu proses yang terjadi dalam lingkungan social
tempat individu hidup dan berinteraksi dengannya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Penyesuaian Diri
Faktor-faktor
yang mempengaruhi penyesuaian diri antara lain (Enung dalam Nofiana, 2010:17):
1.
Faktor Fisiologis. Struktur jasmani merupakan kondisi yang primer dari tingkah
laku yang penting bagi proses penyesuaian diri
2.
Faktor Psikologis. Banyak faktor psikologis yang mempengaruhi penyesuaian diri
antara lain pengalaman, aktualisasi diri, frustasi, depresi, dsb.
Konsep penyesuaian diri
Penyesuaian
dapat diartikan atau dideskripsikan sebagai adaptasi dapat mempertahankan
eksistensinya atau bisa survive dan memperoleh kesejahteraan jasmaniah dan
rohaniah, dan dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan sosial.
Penyesuaian dapat juga diartikan sebagai konformitas, yang berarti menyesuaikan
sesuatu dengan standar atau prinsip. Penyesuaian sebagai penguasaan, yaitu
memiliki kemampuan untuk membuat rencana dan mengorganisasi respons-respons
sedemikian rupa, sehingga bisa mengatasi segala macam konflik, kesulitan, dan
frustrasi-frustrasi secara efisien.
Individu
memiliki kemampuan menghadapi realitas hidup dengan cara yang memenuhi syarat.
Penyesuaian sebagai penguasaan dan kematangan emosional. Kematangan emosional
maksudnya ialah secara positif memiliki responss emosional yang tepat pada
setiap situasi.
Disimpulkan
bahwa penyesuaian adalah usaha manusia untuk mencapai keharmonisan pada diri
sendiri dan pada lingkungannya.
Manusia
sejatinya dilahirkan akan berhadapan dengan lingkungan yang membuatnya harus
bisa dapat menyesuaikan diri, manusia pada awalnya melakukan penyesuaian
fisiologis tetapi dengan seiringnya berkembangnya manusia, manusia tidak hanya
harus bisa beradaptasi dengan lingkungan saja atau fisiologisnya saja tapi
harus bisa menyesuaikan diri secara psikologis.
Penyesuain
diri dalam bahasa aslinya dikenal dengan istilah adjustment atau personal
adjustment. Schneiders berpendapat bahwa penyesuaian diri dapat ditinjau dari
tiga sudut pandang, yaitu: penyesuaian diri sebagai adaptasi (adaptation),
penyesuaian diri sebagai bentuk konformitas (conformity), dan penyesuaian diri
sebagai usaha penguasaan (mastery) .
Pada mulanya
penyesuaian diri diartikan sama dengan adaptasi ( adaptation ), padahal
adaptasi ini pada umumnya lebih mengarah kepada penyesuaian diri dalam arti
fisik, fisiologis, atau biologis. Misalnya, seseorang yang terbiasa dengan
lingkungan yang sepi seperti di perkampungan dan udara yang sejuk terus pindah
ke tempat ramai seperti perkotaan dengan udara yang panas maka seseorang harus
bisa beradaptasi dengan lingkungan barunya.
Ada juga
penyesuaian diri diartikan sama dengan penyesuaian yang mencakup konformitas
terhadap suatu norma. Pemaknaan penyesuaian diri seperti ini pun terlalu banyak
membawa akibat lain. Dengan memaknai penyesuaian diri sebagai usaha
konformitas, menyiratkan bahwa di sana individu seakan-akan mendapat tekanan
kuat untuk harus selalu mampu menghindarkan diri dari penyimpangan perilaku,
baik secara moral, sosial, maupun emosional.
Sudut
pandang berikutnya adalah bahwa penyesuaian diri dimaknai sebagai usaha
penguasaan ( mastery ), yaitu kemampuan untuk merencanakan dan mengorganisasikan
respons dalam cara-cara tertentu sehingga konflik-konflik, kesulitan, dan
frustrasi tidak terjadi.
Proses
penyesuaian diri pada manusia tidaklah mudah. Hal ini karena didalam
kehidupannya manusia terus dihadapkan pada pola-pola kehidupan baru dan
harapan-harapan sosial baru. Periode penyesuaian diri ini merupakan suatu
periode khusus dan sulit dari rentang hidup manusia. Manusia diharapkan mampu
memainkan peran-peran sosial baru, mengembangkan sikap-sikap sosial baru dan
nilai-nilai baru sesuai dengan tugas-tugas baru yang dihadapi (Hurlock,1980).
Manusia yang
dapat menyesuaikan diri dengan baik (good adjustment) adalah apabila seseorang
menampilkan respon yang matang, efisien, memuaskan, dan wholesome. Yang
dimaksud dengan respon yang efisien adalah respon yang hasilnya sesuai dengan
harapan tanpa membuang banyak energi, waktu atau sejumlah kesalahan. Wholesome
maksudnya adalah respon yang ditampilkan adalah sesuai dengan kodrat manusia,
dalam hubungannya dengan sesama manusia, dan hubungannya dengan Tuhan. Manusia
yang dapat menyesuaikan diri dengan baik maka hidupnya akan harmonis dan jauh
dari penyimpangan-penyimpangan begitu juga sebaliknya apabila seseorang
mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri mereka akan mengalami maladjustment
yang ditandai dengan penyimpangan atau perilaku yang menyimpang yang tidak
berlaku di lingkungan tersebut.
Penyesuaian
diri bersifat relatif, karena tidak ada orang yang mampu menyesuaikan diri
secara sempurna. Alasan pertama penyesuaian diri bersifat relatif adalah
melibatkan kapasitas atau kemampuan seseorang dalam beradaptasi baik dari dalam
maupun dengan lingkungan. Kapasitas ini bervariasi antara yang satu dengan yang
lainnya, karena berkaitan dengan kepribadian dan tingkat perkembangan
seseorang. Kedua adalah karena adanya perbedaan kualitas penyesuaian diri
antara satu masyarakat atau budaya dengan masyarakat atau budaya lainnya. Dan
terakhir adalah karena adanya perbedaan-perbedaan pada setiap individu, setiap
orang mengalami masa naik dan turun dalam penyesuaian diri.
Aspek-aspek
Penyesuaian Diri
Pada
penyesuaian diri ada dua aspek yaitu: penyesuaian pribadi dan penyesuaian
sosial seperti yang akan di jelaskan di bawah ini.
1.
Penyesuaian Pribadi
Penyesuaian
pribadi adalah kemampuan individu untuk menerima dirinya sendiri sehingga
tercapai hubungan yang harmonis antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya.
Pada penyesuain ini seseorang menyadari siapa dirinya, apa kelebihan dan
kekurangannya dan mampu bertindak obyektif sesuai dengan kondisi dirinya
tersebut. Keberhasilan penyesuaian pribadi ditandai dengan tidak adanya rasa
benci, lari dari kenyataan atau tanggungjawab, kecewa, atau tidak percaya pada
kondisi dirinya. Kehidupan kejiwaannya ditandai dengan adanya perasaan yang
tenang tidak adanya kegoncangan atau kecemasan yang menyertai rasa bersalah,
rasa cemas, rasa tidak puas, rasa kurang dan keluhan terhadap nasib yang
dialaminya.
Sebaliknya
kegagalan penyesuaian pribadi ditandai dengan keguncangan emosi, kecemasan,
ketidakpuasan dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya dan dapat berdampak
negative atau perilaku yang menyimpang.
2.
Penyesuaian Sosial
Setiap
iindividu hidup di dalam lingkup sosial. Di dalam lingkup sosial (masyarakat)
terjadi proses saling mempengaruhi satu sama lain silih berganti. Dari
proses tersebut timbul suatu pola kebudayaan dan tingkah laku sesuai dengan
sejumlah aturan, hukum, adat dan nilai-nilai yang mereka patuhi, demi untuk
mencapai penyelesaian bagi persoalan-persoalan hidup sehari-hari. Dalam bidang
ilmu psikologi sosial, proses ini dikenal dengan proses penyesuaian sosial.
Penyesuaian sosial terjadi dalam lingkup hubungan sosial tempat individu hidup
dan berinteraksi dengan orang lain. Hubungan-hubungan tersebut mencakup
hubungan dengan masyarakat di sekitar tempat tinggalnya, keluarga, sekolah,
teman atau masyarakat luas secara umum.
Apa yang
diserap atau dipelajari individu dalam poroses interaksi dengan masyarakat
masih belum cukup untuk menyempurnakan penyesuaian sosial yang memungkinkan
individu untuk mencapai penyesuaian pribadi dan sosial dengan cukup baik.
Proses berikutnya yang harus dilakukan individu dalam penyesuaian sosial adalah
kemauan untuk mematuhi norma-norma dan peraturan sosial kemasyarakatan. Dalam
proses penyesuaian sosial individu mulai berkenalan dengan kaidah-kaidah dan
peraturan-peraturan tersebut lalu mematuhinya sehingga menjadi bagian dari
pembentukan jiwa sosial pada dirinya dan menjadi pola tingkah laku kelompok.
Kedua
penyesuaian di atas adalah dasar agar indvidu dapat menyesuaikan diri dengan
baik tanpa adanya perilaku penyimpangan yang tidak sesuai dengan peraturan dan
norma-norma yang terdapat di suatu lingkungan tersebut.
Pembentukan Penyesuaian Diri
Penyesuaian
diri yang baik ialah satu hal yang selalu ingin diraih setiap orang, tapi untuk
itu sangat sulit tercapai apalagi saat dewasa ini yang banyak begitu tuntutan
dan permasalahan baru yang terjadi kecuali bila kehidupan orang itu benar-benar
terhindar dari tekanan, kegoncangan dan ketegangan jiwa yang bermacam-macam,
dan orang tersebut mampu untuk menghadapi kesukaran dengan cara objektif serta
berpengaruh bagi kehidupannya, serta menikmati kehidupannya dengan stabil,
tenang, merasa senang, tertarik untuk bekerja, dan berprestasi.
Di bawah ini
ada 3 lingkungan yang dapat membentuk penyesuaian diri individu diantaranya
lingkungan keluarga, teman sebaya dan sekolah.
a.
Lingkungan Keluarga
Semua
konflik dan tekanan yang ada dapat dihindarkan atau dipecahkan bila individu
dibesarkan dalam keluarga dimana terdapat keamanan, cinta, respek, toleransi
dan kehangatan. Dengan demikian penyesuaian diri akan menjadi lebih baik bila
dalam keluarga individu merasakan bahwa kehidupannya berarti.
Rasa dekat
dengan keluarga adalah salah satu kebutuhan pokok bagi perkembangan jiwa
seorang individu. Dalam kenyataannya banyak orang tua yang menyadari hal
tersebut namun orang tua terkadang terlalu sibuk dengan urusannya sendiri
dengan berbagai alasan ada yang beralasan mengejar karir, untuk memenuhi
kebutuhan ekonomi agar keluarganya dapat mapan dan amasa depan anak-anaknya
terjamin. Namun sayangnya hal ini seringkali ditanggapi negatif oleh anak
dengan merasa bahwa dirinya tidak disayangi, diremehkan bahkan dibenci. Bila
hal tersebut terjadi berulang-ulang dalam jangka waktu yang cukup panjang
(terutama pada masa kanak-kanak) maka akan sangat berpengaruh terhadap
kemampuan individu dalam menyesuaikan diri di masa yang akan datang.
Lingkungan
keluarga juga merupakan lahan untuk mengembangkan berbagai kemampuan, salah
satunya kemampuan untuk penyusuaian diri terhadap lingkungan baik secara
fisiologis maupun psikologis apabila individu di ajarkan dengan baik oleh orang
tuanya maka kelak seorang individu dapat menyesuaikan diri dengan baik dengan
norma-norma yang berlaku di lingkungannya.
Dalam
keluarga individu juga belajar agar tidak menjadi egois, ia diharapkan dapat
berbagi dengan anggota keluarga yang lain. Individu belajar untuk menghargai
hak orang lain dan cara penyesuaian diri dengan anggota keluarga, mulai orang
tua, kakak, adik, kerabat maupun pembantu. Kemudian dalam lingkungan keluarga
individu mempelajari dasar dari cara bergaul dengan orang lain, yang biasanya
terjadi melalui pengamatan terhadap tingkah laku dan reaksi orang lain dalam
berbagai keadaan. Biasanya yang menjadi acuan adalah tokoh orang tua atau
seseorang yang menjadi idolanya. Oleh karena itu, orangtua pun dituntut untuk
mampu menunjukkan sikap-sikap atau tindakan-tindkan yang mendukung hal
tersebut.
Dalam hasil
interaksi dengan keluarganya individu juga mempelajari sejumlah adat dan
kebiasaan dalam makan, minum, berpakaian, cara berjalan, berbicara, duduk dan
lain sebagainya. Selain itu dalam keluarga masih banyak hal lain yang sangat
berperan dalam proses pembentukan kemampuan penyesuaian diri yang sehat, seperti
rasa percaya pada orang lain atau diri sendiri, pengendalian rasa ketakutan,
toleransi, kefanatikan, kerjasama, keeratan, kehangatan dan rasa aman karena
semua hal tersebut akan berguna bagi masa depannya.
b.
Lingkungan Teman Sebaya
Begitu pula
dalam kehidupan pertemanan, pembentukan hubungan yang erat diantara kawan-kawan
akan membantu individu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan apalagi saat
individu beranjak remaja dan dengan adanya pertemanan yang erat akan membantu
dirinya dalam penerimaan terhadap keadaan dirinya sendiri, ini sangat membantu
diri individu dalam memahami pola-pola dan ciri-ciri yang menjadikan dirinya
berbeda dari orang lain. Semakin mengerti ia akan dirinya maka individu akan
semakin meningkat kebutuhannya untuk berusaha untuk menerima dirinya dan
mengetahui kekuatan dan kelemahannya. Dengan demikian ia akan menemukan cara
penyesuaian diri yang tepat sessuai dengan potensi yang dimilikinya.
c.
Lingkungan Sekolah
Sekolah
mempunyai tugas yang tidak hanya terbatas pada masalah pengetahuan dan
informasi saja, akan tetapi juga mencakup tanggungjawab pendidikan secara luas.
Demikian pula dengan guru, tugasnya tidak hanya mengajar, tetapi juga berperan
sebagai pendidik yang menjadi pembentuk masa depan, ia adalah langkah pertama
dalam pembentukan kehidupan yang menuntut individu untuk menyesuaikan dirinya
dengan lingkungan.
Pendidikan
modern menuntut guru atau pendidik untuk mengamati perkembangan individu
dan mampu menyusun sistem pendidikan sesuai dengan perkembangan tersebut. Dalam
pengertian ini berarti proses pendidikan merupakan penciptaan penyesuaian
antara individu dengan nilai-nilai yang diharuskan oleh lingkungan menurut
kepentingan perkembangan dan spiritual individu. Keberhasilan proses ini sangat
bergantung pada cara kerja dan metode yang digunakan oleh pendidik dalam
penyesuaian tersebut. Jadi disini peran guru sangat berperan penting dalam
pembentukan kemampuan penyesuaian diri individu.
B. PERTUMBUHAN
PERSONAL
Manusia
merupakan makhluk individu. Manusia disebut sebagai individu apabila tingkah
lakunya spesifik atau menggambarkan dirinya sendiri dan bukan bertingkah laku
secara umum atau seperti orang lain. Jadi individu adalah seorang manusia yang
tidak hanya memiliki peranan-peranan yang khas dalam lingkup sosial tetapi
mempunyai kekhasan tersendiri yang spesifik terhadap dirinya didalam lingkup
sosial tersebut. Kepribadian suatu individu tidak sertamerta langsung
terbentuk, akan tetapi melalui pertumbuhan sedikit demi sedikit dan melalui
proses yang panjang.
Setiap
individu pasti akan mengalami pembentukan karakter atau kepribadian. Dan hal
tersebut membutuhkan proses yang sangat panjang dan banyak faktor-faktor yang
mempengaruhi pembentukan kepribadiannya tersebut dan keluarga adalah faktor
utama yang akan sangat mempengaruhi pembentukan kepribadian. Hal ini disebabkan
karena keluarga adalah kerabat yang paling dekat dan kita lebih sering bersama
dengan keluarga. Setiap keluarga pasti menerapkan suatu aturan atau norma yang
mana norma-norma tersebut pasti akan mempengaruhi dalam pertumbuhan personal
individu. Bukan hanya dalam lingkup keluarga, tapi dalam lingkup masyarakat
atau sosialpun terdapat norma-norma yang harus di patuhi dan hal itu juga
mempengaruhi pertumbuhan individu.
Setiap
individu memiliki naluri yang secara tidak langsung individu dapat
memperhatikan hal-hal yang berada disekitarnya apakah hal itu benar atau
tidak, dan ketika suatu individu berada di dalam masyarakat yang memiliki
suatu norma-norma yang berlaku maka ketika norma tersebut di jalankan
akan memberikan suatu pengaruh dalam kepribadian, misalnya suatu individu ada
di lingkungan masyarakat yang tidak disiplin yang dalam menerapkan
aturan-aturannya maka lama-kelamaan pasti akan mempengaruhi dalam kepribadian
sehingga menjadi kepribadian yang tidak disiplin, begitupun dalam lingkungan
keluarga, semisal suatu individu berada di lingkup keluarga yang cuek maka
individu tersebut akan terbawa menjadi pribadi yang cuek.
Dari semua
faktor-faktor di atas dan pengaruh dari lingkungan sekitar seperti
keluarga dan masyarakat maka akan memberikan pertumbuhan bagi suatu individu.
Seiring berjalannya waktu, maka terbentuklah individu yang sesuai dan dapat
menyesuaikan dengan lingkungan sekitar.
a.
Aliran asosiasi
perubahan
terhadap seseorang secara bertahap karena pengaruh dan pengalaman atau empiri
(kenyataan) luar, melalui panca indera yang menimbulkan sensasiton (perasaan)
maupun pengalaman mengenai keadaan batin sendiri yang menimbulkan reflektion.
b.
Psikologi gestalt
pertumbuhan
adalah proses perubahan secara perlahan-lahan pada manusia dalam mengenal
sesuatu secara keseluruhan, baru kemudian mengenal bagian-bagian dari
lingkungan yang ada.
c. Aliran sosiologi
Pertumbuhan
adalah proses sosialisasi yaitu proses perubahan dari sifat yang semula asosial
maupun sosial kemudian tahap demi tahap disosialisasikan. Pertumbuhan individu
sangat penting untuk dijaga dari sejak lahir agar bisa tumbuh menjadi individu
yang baik dan berguna untuk sesamanya.
2.
Stress
a.
Arti Penting Stress
Arti Penting
Strees : Stress menurut Hans Selye 1976 merupakan respon tubuh yang bersifat
tidak spesifik terhadap setiap tuntutan atau beban atasnya. Berdasarkan
pengertian tersebut dapat dikatakan stress apabila seseorang mengalami beban
atau tugas yang berat tetapi orang tersebut tidak dapat mengatasi tugas yang
dibebankan itu, maka tubuh akan berespon dengan tidak mampu terhadap tugas
tersebut, sehingga orang tersebut dapat mengalami stress. Respons atau tindakan
ini termasuk respons fisiologis dan psikologis
B.
Tipe – tipe stress psikologi
Eustress
Eustress adalah stres dalam bentuk positif. Ini adalah stres yang baik yang dapat merangsang seseorang untuk melakukan berbagai hal dengan lebih baik. Seseorang dapat merasakan situasi tertentu, seperti pekerjaan baru, atau bertemu dengan idolanya. Jenis stres ini disebut sebagai eustress, dan secara fisik dan psikologis tidak berbahaya. Sebaliknya, stres jenis ini dapat memiliki efek positif pada kesehatan dan kinerja individu, setidaknya dalam jangka pendek.
Distress
Distress, atau apa yang biasa kita sebut sebagai stress, adalah jenis stress yang memiliki efek negatif pada kesehatan fisik dan emosional. Distress sering menghasilkan emosi yang intens, seperti kemarahan, rasa takut, dan kecemasan atau panik. Terkadang, tekanan juga dapat terwujud dalam gejala fisik, seperti palpitasi, sesak napas, dan peningkatan tekanan darah.
Distress atau 'stres buruk' selanjutnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis - distres akut, gangguan akut episodik, dan penderita kronis.
Distress akut
Distres akut adalah jenis yang paling umum dari stres yang datang tiba-tiba, menjadikan kita ketakutan dan bingung. Meskipun stres akut hanya berlangsung untuk jangka waktu pendek. Stres akut sering menghasilkan reaksi'lari atau melawan'. Sebuah wawancara kerja, atau ujian dimana kita belum cukup siap adalah beberapa contoh yang bisa menyebabkan stres akut. Gejala-gejala stres akut dapat dengan mudah diidentifikasi. Gejala tersebut dapat meliputi tekanan emosional, sakit kepala, migrain, peningkatan denyut jantung, palpitasi, pusing, sesak napas, tangan atau kaki terasa dingin, dan keringat berlebihan.
Distress Episodic Akut
Istilah 'stres akut episodik' biasanya digunakan untuk situasi ketika stres akut menjadi norma. Jadi, gangguan episodik akut ditandai dengan sering mengalami stres akut. Orang-orang memiliki jenis stres ini sering menemukan diri mereka berjuang untuk mengatur kehidupan mereka dan sering menempatkan tuntutan yang tidak perlu dan tekanan pada diri mereka sendiri, yang akhirnya dapat menyebabkan kegelisahan dan lekas marah.
Orang yang menderita gangguan episodik akut selalu terburu-buru. Jenis stres dapat menyebabkan masalah yang berhubungan dengan pekerjaan, selain memburuknya hubungan interpersonal. Gejala yang paling umum stres episodik akut adalah lekas marah, sakit kepala terus-menerus, ketegangan, migrain, hipertensi, dan nyeri dada.
Distress kronis
Distress kronis adalah stres yang bertahan untuk waktu yang lama. Stres kronis biasanya berasal keadaan yang tidak dapat dikontrol. Kemiskinan, perasaan terperangkap dalam karir menjijikkan, hubungan yang bermasalah, dan pengalaman trauma masa kecil adalah beberapa contoh peristiwa atau keadaan yang dapat menyebabkan stres kronis.
Stres kronis sering menimbulkan rasa putus asa dan kesengsaraan, dan dapat mendatangkan malapetaka pada kesehatan baik fisik dan mental. Kelelahan mental dan fisik akibat stres kronis kadang-kadang dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti, serangan jantung dan stroke. Hal ini juga dapat menyebabkan depresi, kekerasan, dan bunuh diri dalam kasus yang ekstrim. Mungkin aspek terburuk dari stres kronis adalah bahwa orang terbiasa dengan jenis stres, dan sehingga sering diabaikan atau diperlakukan sebagai cara hidup. Mengobati stres kronis tidak mudah, biasanya membutuhkan perawatan medis dan tehnik manajemen stres.
Kadang-kadang stres atau Distress diklasifikasikan menjadi beberapa kategori lain, seperti physical, chemical, emotional, mental, traumatic, and psycho-spiritual. Dr Karl Albrecht, seorang konsultan manajemen, dosen, dan penulis telah mendefinisikan empat jenis stres dalam bukunya, 'Stres dan Manager'. Keempat jenis stres yang dikenal sebagai time stress, anticipatory stress, situational stress, and encounter stress.
Time stres adalah stres yang dialami ketika kita berjalan singkat atau memiliki banyak hal yang harus dilakukan dalam jangka waktu tertentu. Anticipatory stress adalah stres yang kita alami tentang masa depan. Stres situasional biasanya disebabkan oleh situasi menakutkan yang berada di luar kendali kita. Di sisi lain, ketika kita merasa cemas tentang bertemu dan berinteraksi dengan orang tertentu atau sekelompok orang, itu disebut sebagai encounter stress.
Jadi, stres ada beberapa jenis, dan dengan demikian pengobatan dan manajemen dapat sangat berbeda. Langkah pertama dari manajemen stres adalah mengidentifikasi jenis stres yang dialami, serta jenis stres (peristiwa dan pikiran) yang menciptakan stres. Sekali telah mengidentifikasi stres tertentu, kita dapat mengambil tindakan yang tepat untuk mengontrol atau mengatur mereka. Meditasi, yoga, dan teknik relaksasi lainnya, bersama dengan sikap positif terhadap kehidupan dapat membantu dalam mengendalikan stres. Tapi kadang-kadang, bantuan profesional mungkin diperlukan untuk menghilangkan atau mengontrol faktor-faktor yang memicu stres.
Eustress adalah stres dalam bentuk positif. Ini adalah stres yang baik yang dapat merangsang seseorang untuk melakukan berbagai hal dengan lebih baik. Seseorang dapat merasakan situasi tertentu, seperti pekerjaan baru, atau bertemu dengan idolanya. Jenis stres ini disebut sebagai eustress, dan secara fisik dan psikologis tidak berbahaya. Sebaliknya, stres jenis ini dapat memiliki efek positif pada kesehatan dan kinerja individu, setidaknya dalam jangka pendek.
Distress
Distress, atau apa yang biasa kita sebut sebagai stress, adalah jenis stress yang memiliki efek negatif pada kesehatan fisik dan emosional. Distress sering menghasilkan emosi yang intens, seperti kemarahan, rasa takut, dan kecemasan atau panik. Terkadang, tekanan juga dapat terwujud dalam gejala fisik, seperti palpitasi, sesak napas, dan peningkatan tekanan darah.
Distress atau 'stres buruk' selanjutnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis - distres akut, gangguan akut episodik, dan penderita kronis.
Distress akut
Distres akut adalah jenis yang paling umum dari stres yang datang tiba-tiba, menjadikan kita ketakutan dan bingung. Meskipun stres akut hanya berlangsung untuk jangka waktu pendek. Stres akut sering menghasilkan reaksi'lari atau melawan'. Sebuah wawancara kerja, atau ujian dimana kita belum cukup siap adalah beberapa contoh yang bisa menyebabkan stres akut. Gejala-gejala stres akut dapat dengan mudah diidentifikasi. Gejala tersebut dapat meliputi tekanan emosional, sakit kepala, migrain, peningkatan denyut jantung, palpitasi, pusing, sesak napas, tangan atau kaki terasa dingin, dan keringat berlebihan.
Distress Episodic Akut
Istilah 'stres akut episodik' biasanya digunakan untuk situasi ketika stres akut menjadi norma. Jadi, gangguan episodik akut ditandai dengan sering mengalami stres akut. Orang-orang memiliki jenis stres ini sering menemukan diri mereka berjuang untuk mengatur kehidupan mereka dan sering menempatkan tuntutan yang tidak perlu dan tekanan pada diri mereka sendiri, yang akhirnya dapat menyebabkan kegelisahan dan lekas marah.
Orang yang menderita gangguan episodik akut selalu terburu-buru. Jenis stres dapat menyebabkan masalah yang berhubungan dengan pekerjaan, selain memburuknya hubungan interpersonal. Gejala yang paling umum stres episodik akut adalah lekas marah, sakit kepala terus-menerus, ketegangan, migrain, hipertensi, dan nyeri dada.
Distress kronis
Distress kronis adalah stres yang bertahan untuk waktu yang lama. Stres kronis biasanya berasal keadaan yang tidak dapat dikontrol. Kemiskinan, perasaan terperangkap dalam karir menjijikkan, hubungan yang bermasalah, dan pengalaman trauma masa kecil adalah beberapa contoh peristiwa atau keadaan yang dapat menyebabkan stres kronis.
Stres kronis sering menimbulkan rasa putus asa dan kesengsaraan, dan dapat mendatangkan malapetaka pada kesehatan baik fisik dan mental. Kelelahan mental dan fisik akibat stres kronis kadang-kadang dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti, serangan jantung dan stroke. Hal ini juga dapat menyebabkan depresi, kekerasan, dan bunuh diri dalam kasus yang ekstrim. Mungkin aspek terburuk dari stres kronis adalah bahwa orang terbiasa dengan jenis stres, dan sehingga sering diabaikan atau diperlakukan sebagai cara hidup. Mengobati stres kronis tidak mudah, biasanya membutuhkan perawatan medis dan tehnik manajemen stres.
Kadang-kadang stres atau Distress diklasifikasikan menjadi beberapa kategori lain, seperti physical, chemical, emotional, mental, traumatic, and psycho-spiritual. Dr Karl Albrecht, seorang konsultan manajemen, dosen, dan penulis telah mendefinisikan empat jenis stres dalam bukunya, 'Stres dan Manager'. Keempat jenis stres yang dikenal sebagai time stress, anticipatory stress, situational stress, and encounter stress.
Time stres adalah stres yang dialami ketika kita berjalan singkat atau memiliki banyak hal yang harus dilakukan dalam jangka waktu tertentu. Anticipatory stress adalah stres yang kita alami tentang masa depan. Stres situasional biasanya disebabkan oleh situasi menakutkan yang berada di luar kendali kita. Di sisi lain, ketika kita merasa cemas tentang bertemu dan berinteraksi dengan orang tertentu atau sekelompok orang, itu disebut sebagai encounter stress.
Jadi, stres ada beberapa jenis, dan dengan demikian pengobatan dan manajemen dapat sangat berbeda. Langkah pertama dari manajemen stres adalah mengidentifikasi jenis stres yang dialami, serta jenis stres (peristiwa dan pikiran) yang menciptakan stres. Sekali telah mengidentifikasi stres tertentu, kita dapat mengambil tindakan yang tepat untuk mengontrol atau mengatur mereka. Meditasi, yoga, dan teknik relaksasi lainnya, bersama dengan sikap positif terhadap kehidupan dapat membantu dalam mengendalikan stres. Tapi kadang-kadang, bantuan profesional mungkin diperlukan untuk menghilangkan atau mengontrol faktor-faktor yang memicu stres.
C. Symptom Reducing Responses
terhadap Stress
1.
pengertian symptom -reducing responses terhadap stress
Kehidupan
akan terus berjalan seiring dengan brjalannya waktu. Individu yang mengalami
stress tidak akan terus menerus merenungi kegagalan yang ia rasakan. Untuk itu
setiap individu memiliki mekanisme pertahanan diri masing-masing dengan
keunikannya masing-masing untuk mengurangi gejala-gejala stress yang ada.
Mekanisme
Pertahanan Diri
Indentifikasi
adalah suatu cara yang digunakan individu untuk mengahadapi orang lain dengan
membuatnya menjadi kepribadiannya, ia ingin serupa dan bersifat sama seperti
orang lain tersebut. Misalnya seorang mahasiswa yang menganggap dosen
pembimbingnya memiliki kepribadian yang menyenangkan, cara bicara yang ramah,
dan sebagainya, maka mahasiswa tersebut akan meniru dan berperilaku seperti
dosennya.
Kompensasi
Seorang
individu tidak memperoleh kepuasan dibidang tertentu, tetapi mendapatkan
kepuasaan dibidang lain. Misalnya Andi memiliki nilai yang buruk dalam bidang
Matematika, namun prestasi olahraga yang ia miliki sangat memuaskan.
Overcompensation / Reaction Formation
Perilaku
seseorang yang gagal mencapai tujuan dan orang tersebut tidak mengakui tujuan
pertama tersebut dengan cara melupakan serta melebih-lebihkan tujuan kedua yang
biasanya berlawanan dengan tujuan pertama. Misalnya seorang anak yang ditegur
gurunya karena mengobrol saat upacara, beraksi dengan menjadi sangat tertib
saat melaksanakan upacara san menghiraukan ajakan teman untuk mengobrol.
- Sublimasi
Sublimasi
adalah suatu mekanisme sejenis yang memegang peranan positif dalam menyelesaikan
suatu konflik dengan pengembangan kegiatan yang konstruktif. Penggantian objek
dalam bentuk-bentuk yang dapat diterima oleh masyarakat dan derajatnya lebih
tinggi. Misalnya sifat agresifitas yang disalurkan menjadi petinju atau tukang
potong hewan.
- Proyeksi
Proyeksi
adalah mekanisme perilaku dengan menempatkan sifat-sifat bain sendiri pada
objek diluar diri atau melemparkan kekurangan diri sendiri pada orang lain.
Mutu Proyeksi lebih rendah daripada rasionalisasi. Contohnya seorang anak tidak
menyukai temannya, namu n ia berkata temannya lah yang tidak menyukainya.
- Introyeksi
Introyeksi
adalah memasukan dalam diri pribadi dirinya sifat-sifat pribadi orang lain.
Misalnya seorang wanita mencintai seorang pria lalu ia memasukkan pribadi pria
tersebut ke dalam pribadinya.
- Reaksi Konversi
Secara
singkat mengalihkan koflik ke alat tubuh atau mengembangkan gejala fisik.
Misalnya belum belajar saat menjelang bel masuk ujan, seorang anak wajahnya
menjadi pucat berkeringat.
- Represi
Represi
adalah konflik pikiran, impuls-impuls yang tidak dapat diterima dengan paksaan
ditekan ke dalam alam tidak sadar dan dengan sengaja melupakan. Misalnya
seorang karyawan yang dengan sengaja melupakan kejadian saat ia di marahi oleh
bosnya tadi siang.
- Supresi
Supresi
yaitu menekan konflik impuls yang tidak dapat diterima secara sadar. Individu
tidak mau memikirkan hal-hal yang kurang menyenangkan dirinya. Misalnya dengan
berkata "Sebaiknya kita tidak membicarakan hal itu lagi."
- Denial
Denial
adalah mekanisme perilaku penolakan terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan.
Misalnay seorang penderita diabetes memakan semua makanan yang menjadi
pantangannya.
- Regresi
Regresi
adalah mekanisme perilaku seorang yang apabila menghadapi konflik frustasi, ia
menarik diri dari pergaulan. Misalnya artis yang sedang digosipkan selingkuh
karena malu maka ia menarik diri dari perkumpulannya.
- Fantasi
Fantasi
adalah apabila seseorang menghadapi konflik-frustasi, ia menarik diri dengan
berkhayal/berfantasi, misalnya dengan lamunan. Contoh seorang pria yang tidak
memilki keberanian untuk menyatakan rasa cintanya melamunkan berbagai fantasi
dirinya dengan orang yang ia cintai.
- Negativisme
Adalah
perilaku seseorang yang selalu bertentangan / menentang otoritas orang lain
dengan perilaku tidak terpuji. Misalkan seorang anak yang menolak perintah
gurunya dengan bolos sekolah.
- Sikap Mengritik Orang Lain
Bentuk
pertahanan diri untuk menyerang orang lain dengan kritikan-kritikan. perilaku
ini termasuk perilaku agresif yang aktif. Misalkan seorang karyawan yang berusaha
menjatuhkan karyawan lain dengan adu argument saat rapat berlangsung.
D.
Pendekatan PROBLEM-SOLVING terhadap Stress
Dalam Siswanto dijelaskan dalam menangani stres
yaitu menggunakan metode Biofeedback, tekhniknya adalah mengetahui bagian-bagian
tubuh mana yang terkena stres kemudian belajar untuk menguasainya. Teknik ini
menggunakan serangkaian alat yang sangat rumit sebagai feedback. Tetapi jika
teman-teman tahu tentang hipno-self, teman-teman cukup menghipnotis diri
sendiri dan melakukan sugesti untuk diri sendiri, cara ini lebih efektif karena
kita tahu bagaimana keadaan diri kita sendiri. Dan jika teman-teman ingin
melakukan hipno-self, utamanya adalah tempat harus nyaman dan tenang, dan
teman-teman cukup membangkitkan apa yang menyebabkan teman-teman stres, cari
tahu gejalanya hingga akar dari masalah tersebut, kemudian berikan
sugesti-sugesti yang positif, semoga cara ini berhasil, dan ditambah dengan
pendekatan secara spiritual (mengarah kepada Tuhan Semesta Alam).
Sumber:
Wexley, Kenneth
N. & Gary A. Yukl, Organizational Behavior and Personnel Psychology,
Richard D. Irwin Inc., 1977
Yusuf,S.
(2004). Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Offset
Smeltzer
bare, 2002, Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah Brunner & studdarth edisi 8
, EGC, Jakarta.
Basuki,
Heru. (2008). Psikologi Umum. Jakarta: Universitas Gunadarma
Lur Rochman,
Kholil.(2010). Kesehatan Mental.Purwokerto: STAIN press.
http://ameliyah-bintangkecil.blogspot.co.id/2013/04/tulisan-2-pengertian-stress-tipe-tipe.html