Tulisan
analisis
1.
Kasus dengan
teknik psikoanalis
Pak Tardi (nama samaran) adalah salah satu
pimpinan pesantren di salah satu desa
kecil di purbalingga. Sifatnya yang sopan dan ramah tamah membuat para santri
enggan berfikiran buruk kepadanya. Tiba disuatu hari dimana tanggal bulan
purnama terang dengan penuh cahaya, pak tardi mengajarkan tentang syurga yang
akan diperoleh para santriwati yang masih suci dan belum pernah tenodai, dengan
syarat mengikuti ritual yang dianggap salah satu sunnah nabi beristri banyak
akan membukakan pintu pintu syurga bagi yang mau dipersuntingnya. Yang jadi
permasalahannya adalah ritual pernikahan ini tidak dihadirkan oleh saksi-saksi
dan wali mempelai baik laki – laki maupun perempuan, dia menganggap nabipun tidak
menceritakan dengan detail cara pernikahan setiap istri-istrinya, dan menjadi
sah ketika keduanya setuju demi cintanya.
Wanita yang dinikahi menurut versinya itu
adalah wanita yang berusia 14 – 19 tahun, yang menurutnya mereka itu matang dan
belum pernah ternodai. Ritual ini sudah berjalan semenjak dua tahun dia
meninggalkan istri resminya di kalimantan, kini lima tahun kemudian Pak Tardi
memiliki 18 istri yang dinikahi dengan ritualnya. Tiba ingin meminang istri
yang ke 19, Hani (nama samaran) usia 19 tahun ternyata tak luput dari kehausan
birahinya. Namun entah kenapa Hani selalu disiksa dipukul dan disiram di salah
satu anggota tubuhnya dengan air panas. Sampai waktunya Hani kabur dari
pesantren tersebut dengan diam-diam sampai akhirnya penjual sayur menemukan
Hani dipinggir jalan desa dengan wajah yang letih dan tak berdaya, hingga
akhirnya mereka berdua pergi ke kantor polisi dan menceritakan semua yang
terjadi.
Lalu polisi dengan cepat menangkap Pak
Tardi di keberadaannya di pesantren tersebut. Mulailah disini polisi
bertanya-tanya untuk mencari motif kenapa dia bisa melakukan hal tersebut.
Namun Pak Tardi dengan kelihaiannya bercakap kepada orang, dia selalu memberi
jawaban yang berbelit di hadapan polisi. Menyadari hal itu polisi menyadari cara
penekanan ini kurang efektif untuk menggali motif dia melakukan hal tersebut.
Tenik
Asosiasi Bebas
Polisi mengundang psikolog untuk mendalami
kasus ini. Dengan keterampilan psikolog yang sudah lama teruji yang melakukan
pendekatan secara persuasif, menepatkan tersangka di ruang tahanan yang
menurutnya tenang dan nyaman sehingga mempermudah untuk relaksasi dan
mengantarkannya ke dalam bawah sadar tersangka, disitulah psikolog mulai
mencatat tentang masa lalunya dan kecemasannya.
Psikolog mencatat bahwa Pak Tardi
mengeluhkan tentang istri resminya tersebut yang sebelumnya mereka saling
mengenal selama lima tahun dan tiba disaat pernikahan Pak Tardi menemukan
istrinya yang ternyata sudah suci lagi (tidak perawan), lalu dia lanjut
menceritakan tenteng obsesinya terhadap wanita yang masih perawan sehingga
menjadi relevan dengan kasus ini.
Dengan teknik asosiasi bebas ini pikolog
berhasil menggali masa lalunya, lalu dengan mengangkat masa lalunya tersebut
psikolog menanamkan kembali ke alam bawah sadarnya bahwa obsesi ini tidak baik
dan harus segera dihentikan karena banyak orang yang dirugikan.
Hingga tiba pada akhirnya motifpun didapat
dan hukumpun tetap berjalan.
2.
Kasus dengan
teknik humanistik
Sugiman adalah mahasiswa gunadarma fakultas
psikologi tingkat tiga, dia adalah mahasiswa luar biasa yang mengambil
keputusan untuk memilih bekerja sambil kuliah di jam reguler. Sugiman adalah
mahasiswa yang bekerja di salah satu instansi pemerintah jakarta yaitu pemadam
kebakaran.
Sugiman merasakan tingkat stress yang luar
biasa ditingkat tiga ini, dia merasa tidak ada dosen psikologinya yang mampu membantu
menyelesaikan permasalahannya. Masalah yang dihadapi sugiman berupa tugas-tugas,
nilai mata kuliah yang jelek, fleksibelitas waktu kuliah yang kaku, terasingkan
teman kelas dalam pembagian kelompok dan lain-lain bahkan sampai masalah pekerjaan dan keluarganya
seperti pergantian pimmpinan instansi pergantian kebijakan jam kuliah, ibunya yang
baru meninggal dan bapaknya yang sakit menahun tidak kunjung sembuh.
Hingga pada waktunya dia menceritakan salah
satu masalahnya ke dosen psikologi tentang kuliah dan kerjanya, lalu dosen
tersebut menjawab seperti ini “Itu sudah resiko kamu memilih jalan ini kuliah
sambil kerja”. Lengkap sudah stress yang diterima sugiman menurutnya itu
seperti wanita yang menjadi korban pemerkosaan lalu melaporkan ke polisi dan polisi
menjawab “itu sudah menjadi resiko kamu memakai rok mini”.
Dengan langkah yang berat menjalani perkuliahan
hingga akhirnya dia menemukan sosok dosen yang menurutnya mengerti akan semua
permasalahannya.
Teknik konseling eksistensial-humanistik
Perlu dicatat humanistik mengesampingkan teknik, karena mereka lihat itu semua
memberi kesan kekakuan, rutinitas, dan manipulasi. Sepanjang proses terapeutik,
kedudukan teknik adalah nomor dua dalam hal menciptakan hubungan yang akan bisa
membuat konselor bisa secara efektif menantang dan memahami klien.
Teknik-teknik
yang digunakan adalah:
·
Penerimaan
·
Rasa hormat
·
Memahami
·
Menentramkan
·
Memberi dorongan
·
Pertanyaan terbatas
·
Memantulkan pernyataan dan perasaan klien
·
Menunjukan sikap yang mencerminkan ikut mersakan apa yang dirasakan
klien
·
Bersikap mengijinkan untuk apa saja yang bermakna
Bu Nurma adalah salah satu dosen yang menurut
sugiman mampu membantu menangani permasalahannya, hal itu diakui sugiman saat telah
mencurahkan keluh kesahnya ke dosen tersebut yang dengan tangan terbuka menerimanya,
dengan rasa hormat mengetahui latar belakangnya, mencoba memahami tentang apa yang
menjadi keluh kesahnya, bersikap menetramkan, walaupun sesekali dia memantulkan
semua pernyataan dan perasaannya tentang dosen-dosen yang bersikap lain
kepadanya.
Dia berkata seperti ini “sugiman, sugiman
kan belajar psikologi, setiap manusia kan terbentuk dari pengalaman hidup yang
berbeda”. Dengan pernyataan singkat tersebut memberikan dorongan (power) untuk bersemangat lagi menjalani
perkuliahannya.
Memang dosen tidak bisa menginterfensi atas
nilai-nilai yang diperoleh oleh sugiman, namun Bu Nurma mampu memberikan solusi
kepada sugiman dengan strategi seperti mata kuliah apa saja yang harus diulang,
atau mata kuliah apa saja yang harus di ujikan kembali. Sehingga beban tekanan
yang ditanggung sugiman selama ini dapat terkikiskan dengan tangan sugiman sendiri
dengan strategi yang telah diberi.
3. Kasus dengan Teknik Person Centered Theraphy (Rodgers)
Bejo adalah pegawai negeri sipil yang sering
sekali membolos di hari-hari kerjanya. Ketika ditanya oleh atasannya ada saja
kalimat-kalimat berkelit untuk menutupi absen kehadirannya.
Amir sebagai teman kerjanya dan juga salah satu lulusan mahasiswa psikologi, dia ada
yang salah dengan Bejo.benar saja ketika ditanyakan ternyata Bejo sering sekali
berkelahi dengan istrinya sendiri, karena jam kerja Bejo yang tidak biasa dengan
pegawai lainnya, yaitu 1x24 jam selama sepuluh hari dalam satu bulan. Hal ini
membuat istrinya cemburu, merasa ditinggalkan dan lain-lain, ditambah Bejo
punya masa lalu yang kelam yang tidak bisa diceritakan ke Amir.
Teknik Empathy (Empati)
Dengan
kesunggguhannya Amir memutuskan untukberempati dan ikut campur dalam masalah
ini. Yang pertama dilakukannya adalah memberi tahu kebiasan seperti ini tidak
baik untuk dirinya , keluarganya dan pekerjaannya.
Yang
kedua harus berani mengatakan sesungguhnya yang terjadi kepada dirinya kepada
atasan dan istrinya serta memberi pemahaman khusus kepada istrinya tentang dampak
perkelahian yang terjadi kepada individu Bejo yang secara otomatis berpengaruh juga
ke keluarganya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar