Sabtu, 25 Maret 2017

Tulisan Pertemuan ke 1 Psikoterapi



Tulisan analisis
1.      Kasus dengan teknik psikoanalis
     Pak Tardi (nama samaran) adalah salah satu pimpinan  pesantren di salah satu desa kecil di purbalingga. Sifatnya yang sopan dan ramah tamah membuat para santri enggan berfikiran buruk kepadanya. Tiba disuatu hari dimana tanggal bulan purnama terang dengan penuh cahaya, pak tardi mengajarkan tentang syurga yang akan diperoleh para santriwati yang masih suci dan belum pernah tenodai, dengan syarat mengikuti ritual yang dianggap salah satu sunnah nabi beristri banyak akan membukakan pintu pintu syurga bagi yang mau dipersuntingnya. Yang jadi permasalahannya adalah ritual pernikahan ini tidak dihadirkan oleh saksi-saksi dan wali mempelai baik laki – laki maupun perempuan, dia menganggap nabipun tidak menceritakan dengan detail cara pernikahan setiap istri-istrinya, dan menjadi sah ketika keduanya setuju demi cintanya.
     Wanita yang dinikahi menurut versinya itu adalah wanita yang berusia 14 – 19 tahun, yang menurutnya mereka itu matang dan belum pernah ternodai. Ritual ini sudah berjalan semenjak dua tahun dia meninggalkan istri resminya di kalimantan, kini lima tahun kemudian Pak Tardi memiliki 18 istri yang dinikahi dengan ritualnya. Tiba ingin meminang istri yang ke 19, Hani (nama samaran) usia 19 tahun ternyata tak luput dari kehausan birahinya. Namun entah kenapa Hani selalu disiksa dipukul dan disiram di salah satu anggota tubuhnya dengan air panas. Sampai waktunya Hani kabur dari pesantren tersebut dengan diam-diam sampai akhirnya penjual sayur menemukan Hani dipinggir jalan desa dengan wajah yang letih dan tak berdaya, hingga akhirnya mereka berdua pergi ke kantor polisi dan menceritakan semua yang terjadi.
     Lalu polisi dengan cepat menangkap Pak Tardi di keberadaannya di pesantren tersebut. Mulailah disini polisi bertanya-tanya untuk mencari motif kenapa dia bisa melakukan hal tersebut. Namun Pak Tardi dengan kelihaiannya bercakap kepada orang, dia selalu memberi jawaban yang berbelit di hadapan polisi. Menyadari hal itu polisi menyadari cara penekanan ini kurang efektif untuk menggali motif dia melakukan hal tersebut.

Tenik Asosiasi Bebas
     Polisi mengundang psikolog untuk mendalami kasus ini. Dengan keterampilan psikolog yang sudah lama teruji yang melakukan pendekatan secara persuasif, menepatkan tersangka di ruang tahanan yang menurutnya tenang dan nyaman sehingga mempermudah untuk relaksasi dan mengantarkannya ke dalam bawah sadar tersangka, disitulah psikolog mulai mencatat tentang masa lalunya dan kecemasannya.
     Psikolog mencatat bahwa Pak Tardi mengeluhkan tentang istri resminya tersebut yang sebelumnya mereka saling mengenal selama lima tahun dan tiba disaat pernikahan Pak Tardi menemukan istrinya yang ternyata sudah suci lagi (tidak perawan), lalu dia lanjut menceritakan tenteng obsesinya terhadap wanita yang masih perawan sehingga menjadi relevan dengan kasus ini.
     Dengan teknik asosiasi bebas ini pikolog berhasil menggali masa lalunya, lalu dengan mengangkat masa lalunya tersebut psikolog menanamkan kembali ke alam bawah sadarnya bahwa obsesi ini tidak baik dan harus segera dihentikan karena banyak orang yang dirugikan.
     Hingga tiba pada akhirnya motifpun didapat dan hukumpun tetap berjalan.

2.      Kasus dengan teknik humanistik
     Sugiman adalah mahasiswa gunadarma fakultas psikologi tingkat tiga, dia adalah mahasiswa luar biasa yang mengambil keputusan untuk memilih bekerja sambil kuliah di jam reguler. Sugiman adalah mahasiswa yang bekerja di salah satu instansi pemerintah jakarta yaitu pemadam kebakaran.
     Sugiman merasakan tingkat stress yang luar biasa ditingkat tiga ini, dia merasa tidak ada dosen psikologinya yang mampu membantu menyelesaikan permasalahannya. Masalah yang dihadapi sugiman berupa tugas-tugas, nilai mata kuliah yang jelek, fleksibelitas waktu kuliah yang kaku, terasingkan teman kelas dalam pembagian kelompok dan lain-lain  bahkan sampai masalah pekerjaan dan keluarganya seperti pergantian pimmpinan instansi pergantian kebijakan jam kuliah, ibunya yang baru meninggal dan bapaknya yang sakit menahun tidak kunjung sembuh.
     Hingga pada waktunya dia menceritakan salah satu masalahnya ke dosen psikologi tentang kuliah dan kerjanya, lalu dosen tersebut menjawab seperti ini “Itu sudah resiko kamu memilih jalan ini kuliah sambil kerja”. Lengkap sudah stress yang diterima sugiman menurutnya itu seperti wanita yang menjadi korban pemerkosaan lalu melaporkan ke polisi dan polisi menjawab “itu sudah menjadi resiko kamu memakai rok mini”.
     Dengan langkah yang berat menjalani perkuliahan hingga akhirnya dia menemukan sosok dosen yang menurutnya mengerti akan semua permasalahannya.
Teknik konseling eksistensial-humanistik
     Perlu dicatat humanistik mengesampingkan teknik, karena mereka lihat itu semua memberi kesan kekakuan, rutinitas, dan manipulasi. Sepanjang proses terapeutik, kedudukan teknik adalah nomor dua dalam hal menciptakan hubungan yang akan bisa membuat konselor bisa secara efektif menantang dan memahami klien.
Teknik-teknik yang digunakan adalah:
·       Penerimaan
·       Rasa hormat
·       Memahami
·       Menentramkan
·       Memberi dorongan
·       Pertanyaan terbatas
·       Memantulkan pernyataan dan perasaan klien
·       Menunjukan sikap yang mencerminkan ikut mersakan apa yang dirasakan klien
·       Bersikap mengijinkan untuk apa saja yang bermakna

          Bu Nurma adalah salah satu dosen yang menurut sugiman mampu membantu menangani permasalahannya, hal itu diakui sugiman saat telah mencurahkan keluh kesahnya ke dosen tersebut yang dengan tangan terbuka menerimanya, dengan rasa hormat mengetahui latar belakangnya, mencoba memahami tentang apa yang menjadi keluh kesahnya, bersikap menetramkan, walaupun sesekali dia memantulkan semua pernyataan dan perasaannya tentang dosen-dosen yang bersikap lain kepadanya.
          Dia berkata seperti ini “sugiman, sugiman kan belajar psikologi, setiap manusia kan terbentuk dari pengalaman hidup yang berbeda”. Dengan pernyataan singkat tersebut memberikan dorongan (power) untuk bersemangat lagi menjalani perkuliahannya.
          Memang dosen tidak bisa menginterfensi atas nilai-nilai yang diperoleh oleh sugiman, namun Bu Nurma mampu memberikan solusi kepada sugiman dengan strategi seperti mata kuliah apa saja yang harus diulang, atau mata kuliah apa saja yang harus di ujikan kembali. Sehingga beban tekanan yang ditanggung sugiman selama ini dapat terkikiskan dengan tangan sugiman sendiri dengan strategi yang telah diberi.

3.  Kasus dengan Teknik Person Centered Theraphy (Rodgers)
     Bejo adalah pegawai negeri sipil yang sering sekali membolos di hari-hari kerjanya. Ketika ditanya oleh atasannya ada saja kalimat-kalimat berkelit untuk menutupi absen kehadirannya.
     Amir sebagai teman kerjanya dan juga  salah satu lulusan mahasiswa psikologi, dia ada yang salah dengan Bejo.benar saja ketika ditanyakan ternyata Bejo sering sekali berkelahi dengan istrinya sendiri, karena jam kerja Bejo yang tidak biasa dengan pegawai lainnya, yaitu 1x24 jam selama sepuluh hari dalam satu bulan. Hal ini membuat istrinya cemburu, merasa ditinggalkan dan lain-lain, ditambah Bejo punya masa lalu yang kelam yang tidak bisa diceritakan ke Amir.
Teknik Empathy (Empati)
     Dengan kesunggguhannya Amir memutuskan untukberempati dan ikut campur dalam masalah ini. Yang pertama dilakukannya adalah memberi tahu kebiasan seperti ini tidak baik untuk dirinya , keluarganya dan pekerjaannya.
     Yang kedua harus berani mengatakan sesungguhnya yang terjadi kepada dirinya kepada atasan dan istrinya serta memberi pemahaman khusus kepada istrinya tentang dampak perkelahian yang terjadi kepada individu Bejo yang secara otomatis berpengaruh juga ke keluarganya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar